Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami fluktuasi yang signifikan selama sesi perdagangan terakhir. Pada akhir sesi pertama, IHSG tercatat turun sebesar 0,51% atau 41,58 poin, menutup angka di level 8.127,70. Pagi itu, IHSG sempat menunjukkan performa yang cerah dengan pembukaan di zona hijau, namun seiring berjalannya waktu, ia terjun bebas ke level terendah 8.044,93.
Dalam perjalanan hari itu, terlihat ada 260 saham yang mengalami kenaikan, sementara 401 saham lainnya mengalami penurunan, dengan 137 saham tetap berada di posisi yang sama. Total nilai transaksi hari ini terbilang ramai, mencatat angka mencapai Rp 18,59 triliun dengan volume saham yang diperdagangkan mencapai 27,14 miliar lembar dalam 2,06 juta transaksi.
Sektor perdagangan sebagian besar berakhir di zona merah, dengan finansial dan properti menjadi penggerak negatif yang utama. Namun, di tengah tekanan tersebut, sektor teknologi dan konsumer primer masih menunjukkan penguatan, memberikan sedikit harapan di pasar yang volatile ini.
Pergerakan Signifikan dari Emiten Terbesar di Pasar Saham
Emiten besar dengan kapitalisasi pasar tinggi menjadi penyebab utama penurunan IHSG. Bank Central Asia (BBCA) misalnya, mencatatkan penurunan yang signifikan. Sahamnya turun 2,31%, berakhir di Rp 7.400 per saham dan berkontribusi terhadap pelemahan indeks sebesar 12,52 poin.
Tidak hanya BBCA, saham Barito Renewables Energy (BREN) juga mengalami penurunan yang cukup tajam, merosot 2,76% menjadi Rp 9.700 per saham dengan dampak negatif sebesar 10,45 poin pada indeks. Emiten lain seperti TLKM, BRPT, BBRI, dan BMRI juga turut berkontribusi dalam penurunan IHSG hari ini.
Meski IHSG telah mencatat rekor penutupan tertinggi sebelumnya, pelaku pasar terus mencermati sinyal-sinyal pergerakan yang dapat memengaruhi arah pasar. Momen ini menjadi penanda penting bagi investor untuk meninjau kembali strategi investasi mereka di tengah volatilitas yang melanda bursa.
Data Ekonomi Menjadi Fokus Pelaku Pasar di Sesi Perdagangan Selanjutnya
Hari ini, pelaku pasar sangat menantikan rilis data penting dari Bank Indonesia (BI) tentang kepercayaan konsumen di Indonesia untuk periode September 2025. Nilai kepercayaan konsumen periode sebelumnya pada Agustus 2025 tercatat di level 117,2, turun 0,9 poin dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di 118,1.
Walaupun angka kepercayaan konsumen masih di atas level 100, menunjukkan zona optimis, penurunan yang terjadi seharusnya menjadi pelajaran. Posisi saat ini sama dengan yang tercatat pada September 2022, atau bisa dibilang, kembali ke level hampir tiga tahun yang lalu, memberikan indikasi bahwa konsumen masih merasakan ketidakpastian ekonomi.
Di sisi lain, analisis dari data ini bisa memberikan gambaran lebih jelas mengenai potensi pergerakan IHSG ke depan. Peluang untuk pemulihan masih terbuka, asalkan sentimen positif bisa dikembalikan di pasar.
Pergerakan Pasar Global yang Mempengaruhi IHSG
Sementara itu, di pasar Asia, komponen utama seperti Indeks Nikkei 225 di Jepang mengalami penguatan, naik 0,37%, dan Topix yang bertambah 0,62%. Hal ini menunjukkan bahwa ada ketahanan di pasar Asia meskipun IHSG mengalami penurunan pada sesi ini.
Namun, Indeks ASX/S&P 200 di Australia justru mengalami penurunan sebesar 0,3%, menggambarkan situasi yang berbeda di belahan dunia lain. Harga berjangka untuk indeks Hang Seng di Hong Kong menunjukkan tren positif dengan berada di level 27.165, lebih tinggi dari penutupan sebelumnya.
Meskipun pasar Tiongkok Daratan dan Korea Selatan tutup karena libur, fluktuasi yang terjadi pada indeks di kawasan lain tetap menjadi perhatian pelaku pasar domestik. Keragaman kinerja indeks di kawasan Asia ini bisa memberikan sinyal tentang perkembangan yang akan terjadi di IHSG ke depannya.