Survei terkini yang dilakukan oleh lembaga survei keuangan menunjukkan bahwa perusahaan keluarga di dunia investasi sedang mengambil sikap lebih hati-hati. Situasi ini muncul setelah pengumuman kebijakan tarif dari seorang pemimpin dunia, yang mengubah pandangan banyak pelaku pasar mengenai peluang investasi ke depan.
Dalam survei tersebut, responden dari 141 perusahaan pengelola kekayaan keluarga di kawasan Amerika Utara terlibat. Sekitar 52% dari mereka memilih untuk berinvestasi dalam bentuk kas dan aset likuid, menilai bahwa jenis investasi ini akan memberikan imbal hasil terbaik dalam kurun waktu satu tahun ke depan.
Di sisi lain, lebih dari 30% responden juga meyakini bahwa kecerdasan buatan (AI) bisa menjadi pilihan investasi dengan imbal hasil yang menjanjikan. Hal ini menunjukkan perubahan signifikan dalam strategi investasi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, di mana ekuitas pertumbuhan dan sektor pertahanan menjadi pilihan utama.
Perubahan Pendekatan Investasi di Perusahaan Keluarga
Penting untuk memahami mengapa perusahaan keluarga kini lebih memilih pendekatan konservatif dalam investasi. Penurunan ekspektasi imbal hasil menjadi salah satu faktor penentu, dengan rata-rata yang diharapkan turun menjadi 5% untuk tahun ini, jauh menurun dari 11% di tahun lalu.
Perusahaan keluarga terpaksa menyesuaikan harapan mereka ketika 15% responden bahkan memprediksi potensi imbal hasil negatif. Fenomena ini tidak lazim terjadi, mengingat tahun sebelumnya hampir tidak ada proyeksi negatif dari kalangan mereka.
Dari hasil survei, tampaknya peningkatan likuiditas merupakan prioritas investasi utama, di mana hampir setengah dari responden menyetujui hal ini. Sementara diversifikasi portofolio yang menjadi tren tahun lalu kini menurun popularitasnya menjadi pilihan ketiga.
Dampak Gejolak Pasar Terhadap Investasi
Gejolak di pasar internasional, termasuk ketegangan geopolitik, memiliki pengaruh kuat terhadap keputusan investasi perusahaan keluarga. Bill Ringham, seorang analis dari lembaga keuangan ternama, menekankan bahwa fluktuasi pasar akibat tarif menjadi salah satu faktor pendorong pesimisme di kalangan investor.
Walaupun pasar Amerika telah mencapai rekor tertinggi, berbagai alasan lain mendorong perusahaan keluarga untuk bersikap skeptis. Lebih dari setengah responden menyebutkan risiko depresiasi dolar AS sebagai salah satu faktor yang perlu diperhatikan.
Fakta menunjukkan bahwa sejak awal tahun, nilai tukar dolar mengalami penurunan hampir 9%, dan berbagai bank besar memperkirakan tren penurunan ini akan berlanjut. Penyebab lainnya adalah kinerja yang tidak memuaskan di sektor investasi seperti ekuitas swasta dan modal ventura.
Respon terhadap Kinerja Sektor Ekuitas Swasta
Berdasarkan hasil survei, sekitar 25% responden merasa bahwa dana ekuitas swasta tidak memenuhi harapan imbal hasil investasi mereka untuk tahun ini. Hal ini menunjukkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang dihadapi oleh para investor.
Lebih miris lagi, 15% responden juga melaporkan kekecewaan terhadap investasi langsung di ekuitas swasta. Modal ventura pun tidak luput dari sorotan, mencatatkan sentimen negatif dengan 33% responden menganggap imbal hasilnya tidak memuaskan.
Perusahaan keluarga kini memilih untuk mengalihkan beberapa alokasi dana ke kas, tidak hanya untuk memitigasi risiko, tetapi juga untuk memanfaatkan peluang investasi di masa depan yang mungkin muncul. Ini adalah langkah strategis yang menunjukkan pandangan jangka panjang mereka terhadap investasi.
Strategi Investa Jangka Panjang Perusahaan Keluarga
Bill Ringham menambahkan bahwa perusahaan keluarga memiliki fokus yang lebih luas mengenai warisan dan masa depan keluarga mereka. Dengan cara ini, mereka berupaya menciptakan modal untuk memanfaatkan peluang investasi yang akan datang.
Optimisme ini terlihat dari perubahan rencana alokasi aset. Keterlibatan perusahaan keluarga dalam investasi kas dan aset likuid mulai meningkat meskipun persentasenya masih rendah jika dibandingkan dengan yang ingin meningkatkan investasi di sektor ekuitas swasta.
Strategi investasi jangka panjang kini dianggap penting untuk membangun kekayaan yang tidak hanya mampu melawan inflasi, tetapi juga memenuhi kebutuhan keluarga yang terus berkembang. Selain itu, investasi di pasar swasta memungkinkan untuk menciptakan pondasi yang kuat bagi generasi yang akan datang.
