Industri pembiayaan multifinance di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, meskipun tanda-tanda perlambatan mulai terlihat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat piutang pembiayaan multifinance mencapai Rp505,59 triliun per Agustus 2025, meningkat 1,26% dibandingkan tahun sebelumnya.
Dalam laporan yang sama, OJK menjelaskan bahwa pertumbuhan ini semakin melambat jika dibandingkan tahun sebelumnya, ketika pertumbuhan mencapai 10,18%. Menurut data yang dihimpun, penyaluran pembiayaan didominasi oleh segmen kendaraan bermotor, yang berkontribusi sebesar 76,17% dari total pembiayaan.
Kepala Eksekutif OJK, Agusman, menegaskan bahwa meskipun ada penurunan laju pertumbuhan, industri multifinance diperkirakan akan tetap tumbuh secara positif hingga akhir tahun 2025. Namun, dia menekankan pentingnya meningkatkan piutang pembiayaan untuk menghadapi risiko yang ada.
Analisis Pertumbuhan Pembiayaan Multifinance di Indonesia
Pertumbuhan piutang pembiayaan di sektor multifinance dapat dilihat melalui analisis mensimulasikan berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan. Salah satu yang paling signifikan adalah daya beli masyarakat yang terus tertekan. Fenomena ini tampaknya berimplikasi pada permintaan pembiayaan untuk kendaraan bermotor yang menjadi andalan industri ini.
Di tengah perlambatan ini, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengungkapkan kekhawatiran akan capaian target pertumbuhan yang telah ditetapkan. Target awal pertumbuhan sebesar 8%-10% tampaknya sulit dicapai, terutama dengan adanya pengaruh negatif dari daya beli konsumen.
Suwandi menyoroti bahwa meskipun berbagai strategi telah diterapkan untuk menarik calon nasabah, hasilnya belum sebagaimana diharapkan. Jumlah transaksi di pasar otomotif, termasuk pembelian kendaraan baru, mengalami penurunan yang signifikan.
Pendapat Para Ahli Mengenai Kondisi Pasar Otomotif
Para ahli sepakat bahwa kondisi pasar otomotif nasional berada pada titik yang menantang. Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan bahwa penjualan mobil baru dari Januari hingga September 2025 mencapai 561.819 unit, yang merupakan penurunan 11,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Lebih jauh, baik penjualan ritel dari diler ke konsumen juga menunjukkan tren penurunan. Hingga kuartal ketiga 2025, angka penjualan turun menjadi 585.917 unit, berkurang 10,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Fenomena ini menjadi sinyal bahwa pasar otomotif perlu strategi yang lebih inovatif untuk kembali menarik minat konsumen.
Menanggapi situasi ini, Agusman dari OJK menyebutkan pentingnya adaptasi dan inovasi dalam menghadapi tantangan pasar yang dinamis. Banyak perusahaan multifinance harus beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen untuk tetap relevan dan berperforma baik di pasar.
Tantangan dan Peluang di Sektor Pembiayaan
Walaupun ada tantangan yang jelas di depan, tetap terdapat peluang bagi industri multifinance terutama dalam segmen kendaraan listrik yang semakin diminati. Peralihan ke energi yang lebih bersih memberikan perusahaan pembiayaan dimensi baru untuk mengeksplorasi potensi pasar yang berkembang ini.
Transformasi digital juga dapat menjadi kunci untuk mengoptimalkan operasi dan menjangkau lebih banyak konsumen. Dengan solusi teknologi yang tepat, perusahaan-perusahaan ini dapat menciptakan pengalaman yang lebih baik bagi calon nasabah dan meningkatkan kemudahan akses dalam melakukan pembiayaan.
Perusahaan pembiayaan yang dapat menggali kesempatan ini akan memiliki keunggulan dalam menarik pasar yang lebih luas. Adaptasi terhadap teknologi dan perubahan preferensi konsumen akan sangat penting dalam menjaga pertumbuhan di masa depan.