Di tengah suhu politik dan ekonomi yang berubah-ubah, PT Mandiri Sekuritas optimis mengenai proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga tahun 2026. Mereka memperkirakan IHSG dapat mencapai level 9.050, dengan kemungkinan variabel bull dan bear masing-masing berada di 9.350 dan 7.670.
Adrian Joezer, yang menjabat sebagai Kepala Analis Ekuitas dan Strategi di Mandiri Sekuritas, mengungkapkan bahwa ada beberapa sektor yang patut dicermati investor. Sektor-sektor tersebut termasuk keuangan, komoditas emas dan tembaga, alat berat, serta retail dan teknologi.
“Dalam satu tahun ke depan, kami yakin bahwa sektor-sektor tersebut akan tetap menunjukkan performa yang baik, terutama di IDX30,” kata Joezer. Penilaiannya ini didasari oleh valuasi yang dianggap masih bisa berkembang, terutama di tengah potensi pertumbuhan dan pemulihan yang ada.
Proyeksi ini tidak lepas dari sejumlah sentimen makro yang mendukung. Salah satu di antaranya adalah pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang diperkirakan akan meningkat menjadi 5,2% di tahun 2026, naik dari 5% pada tahun 2025. Hal ini menunjukkan potensi perbaikan perekonomian yang dapat mempengaruhi pasar.
Chief Economist Mandiri Sekuritas, Rangga Cipta, juga menyatakannya. Dia memperkira bahwa defisit fiskal akan mencapai 2,8% dari PDB. Meskipun sedikit lebih tinggi dari sebelumnya, pengeluaran yang agresif dan target pendapatan yang ambisius akan menjadi perhatian tersendiri.
“Rupiah diprediksi berada di kisaran 16.800, mencerminkan adanya kemungkinan depresiasi sekitar 1,8% dibandingkan 16.500 pada tahun ini,” ungkap Rangga. Dia juga menambahkan bahwa defisit transaksi berjalan yang lebar dapat memberikan tekanan terhadap nilai tukar.
Sentimen Ekonomi yang Mempengaruhi Pasar Saham
Dalam analisis lebih dalam, Rangga menerangkan bahwa inflasi diperkirakan akan mencapai 2,8% pada tahun 2026, meningkat dari 1,9% pada tahun sebelumnya. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh efek dasar yang rendah terutama pada tarif listrik.
Dari segi suku bunga, proyeksi menunjukkan bahwa BI Rate akan berada di 4,25%. Ini mengindikasikan kemungkinan dua kali pemotongan sebesar 25 basis poin di tahun 2026, yang rencananya akan dilakukan pada kuartal pertama dan terakhir tahun tersebut.
Pada 9 Desember 2025, IHSG mengalami kenaikan signifikan sebanyak 20,86% dan mencapai level 8.657,18. Tidak lama kemudian, IHSG menorehkan rekor baru dengan penutupan tertinggi sepanjang masa di 8.710,69.
Performa IHSG ini menunjukkan optimisme pasar di tengah kondisi perekonomian yang berfluktuasi. Perkiraan ini mencerminkan persepsi positif investor terhadap potensi pertumbuhan yang ada di dalam negeri.
Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat peluang investasi yang menjanjikan bagi para pelaku pasar. Dalam konteks ini, penting bagi investor untuk menganalisis secara cermat sektor-sektor yang berpotensi menjadi pendorong pertumbuhan di masa depan.
Peluang Investasi Dalam Berbagai Sektor
Mencermati sektor-sektor pilihan tetap menjadi langkah strategis bagi para investor. Sektor keuangan, misalnya, menjadi titik fokus karena peran pentingnya dalam menopang perekonomian yang lebih luas.
Di sisi lain, komoditas seperti emas dan tembaga juga menarik perhatian. Kenaikan permintaan di sektor konstruksi dan teknologi dapat menjadi faktor pendorong bagi kenaikan harga komoditas ini.
Sektor alat berat juga diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang signifikan seiring dengan meningkatnya investasi infrastruktur. Hal ini dapat menjadi peluang baik untuk melakukan diversifikasi dalam portofolio investasi.
Retail dan sektor konsumer juga diprediksi akan mengalami peningkatan permintaan. Dengan meningkatnya daya beli masyarakat, sektor ini seringkali menjadi barometer kondisi ekonomi yang lebih luas.
Teknologi juga tidak kalah menarik. Dalam era digitalisasi saat ini, perusahaan yang bergerak di sektor ini diharapkan mampu memberi kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.#
Tantangan dan Risiko dalam Proyeksi Masa Depan
Meski proyeksi yang disampaikan menunjukkan optimisme, tetap ada tantangan yang perlu dihadapi. Ketidakpastian di pasar global dan dampak dari kebijakan internasional dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi domestik.
Inflasi yang terus meningkat serta potensi adanya perubahan kebijakan fiskal dan moneter juga menjadi perhatian. Para investor harus mampu menyesuaikan strategi mereka untuk mengoptimalkan portofolio mereka di tengah dinamika yang ada.
Selain itu, ruang lingkup investasi di Indonesia juga harus memperhatikan isu-isu yang berkaitan dengan sustainability dan tanggung jawab sosial. Ini menjadi penting seiring dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan dan keberlanjutan dalam berbisnis.
Kendati ada risiko, peluang untuk meraih keuntungan tetap ada. Analisis yang mendalam dan perencanaan yang matang diperlukan untuk menavigasi kondisi yang terus berubah dalam dunia investasi.
Dengan pendekatan yang bijak dan tepat, investor dapat membuka jalan menuju kesuksesan di pasar yang penuh tantangan ini. Memanfaatkan informasi dan data yang akurat menjadi alat penting dalam meraih tujuan investasi jangka panjang.
